Minggu, 30 Januari 2011

Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.

Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.

Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis, sedangkan varietas pada mamalia lain dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.

Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.

Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina akan menggali lobang kedalam epidermis kemudian membentu terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.
Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea.

Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

Faktor Predisposisi
Kebersihan lingkungan sangat penting pada penularan penyakit ini. Scabies pada umumnya terdapat pada komunitas yang berpenghasilan rendah (low income communities) yang kurang memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene). Skabies juga dapat terjangkit pada mereka yang tinggal berdesakan seperti pengungsi, anggota tentara pada saat perang, asrama, panti, sekolah, dll.

Gejala Klinis 
Terdapat empat tanda kardinal skabies:
  1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
  2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
  3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
  4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Klasifikasi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:

1. Skabies pada Orang Bersih
Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies Inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler.

3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia 
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak 
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). 
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain 
Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.

Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
Pengobatan skabies yang umum digunakan adalah dengan salep yang mengandung bahan seperti lindane, permethrin, pyrethrin atau crotamiton. Bahan bahan kimia ini jamak terdapat pada obat atau bahan pembunuh kutu. Obat obat ini tidak bisa anda peroleh dengan bebas, harus menggunakan resep dokter karena merupakan obat keras yang harus diperhatikan cara penggunaan dan indikasinya. Jadi, harus dipastikan dulu oleh dokter anda menderita skabies baru dapat menggunakan obat ini.
Pengobatan dapat efektif bila salep dioleskan ke seluruh tubuh dari dahi sampai dengan ujung kaki. Pada bayi dan anak anak, salep dioleskan dari kulit kepala sampai dengan ujung kaki sebab pada bayi dan anak anak, skabies juga menyerang kepala. HIndari menggunakan obat obatan yang belum jelas khasiatnya untuk mencegah efek samping yang lebih parah.
Perlu diingat bahwa penyebaran skabies di dalam lingkungan keluarga sangat cepat sehingga bila terdapat anggota keluarga yang menderita skabies sebaiknya diisolasi atau dijauhkan dari anggota keluarga lain yang masih sehat. Untuk mencegah penyebaran skabies, anak anak yang menderita skabies sebaiknya dilarang untuk ke sekolah atau bermain dengan temannya yang sehat. Agar selalu menjaga kebersihan ruangan, sofa dan tempat tidur apalagi sempat dipakai oleh penderita skabies. Sprei dan pakaian penderita skabies harus dicuci dan dikeringan di bawah sinar matahari dalam beberapa hari untuk membunuh kutu skabies


Pencegahan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
  • Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
  • Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
  • Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.

Jumat, 28 Januari 2011

Chikungunya

Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Namanya berasal dari sebuah kata dalam bahasa Makonde yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritispenyakit ini.


Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Apakah penyakit ini juga disebabkan virus dengue? Lalu, apa bedanya dengan DBD dan bagaimana membedakannya? Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunyavirus Chikungunya ini masuk keluarga Togaviridae,genus alphavirus. Sejarah Chikungunya di Indonesia Penyakit ini berasal dari daratan Afrika dan mulai ditemukan di Indonesia tahun 1973


Penyakit ini pertama sekali dicatat di TanzaniaAfrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesiakejadian luar biasa (KLB) Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, DemamChikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973[1], kemudian berjangkit di Kuala TungkalMartapuraTernateYogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh danBogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demamChikungunya terjadi di Muara EnimSumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo danKlaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.


Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulangtulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegyptivirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunyatidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.


referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs327/en/index.html

luka


1.      Pengertian
a.       Luka atau Vulnus adalah :
1)      Cedera yang merusak kulit, biasanya disebabkan memperoleh suatu tindakan yang tidak disengaja atau kecelakaan atau penyakit (Kozier, 1991)
2)      Terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja luka yang dapat tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam (Joyce M. Black, 1993).
3)      Cedera atau trauma pada jaringan yang dapat terjadi karena       bermacam-macam sebab seperti tekanan pada tubuh, kekerasan, suhu yang ekstrim atau zat kimia. Luka mungkin terbuka atau tertutup yang terjadi disengaja atau tidak disengaja (Walff, 1997).
b.      Sedangkan Vulnus Punctum(luka Tusuk) adalah luka yang disebabkan oleh benda runcing memanjang, dari luar luka tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat. Derajat bahaya tergantung atas benda yang menusuk (besar dan kotornya) dan daerah yang tertusuk.



2.      Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk pada permukaan kulit bermuara       kelenjar-kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
a.       Lapisan kulit terdiri atas :
1)      Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel :
-          Stratum Korneum
-          Stratum Lusidum
-          Stratum Granulosum
-          Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
-          Stratum Basal / Germinativum.
2)      Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
-          Bagian atas, pars papilaris (Stratum Papilar)
-          Bagian bawah, retikularis (Stratum Retikularis).


3)      Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis sel – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
b.      Pembuluh darah dan syaraf
1)      Pembuluh darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi, yaitu :
-          Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau keluar
Anyaman ini terdapat antara arteriole pada tiap – tiap papilari.
-          Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam
Anyaman ini terdapat antara korium dan Subkutis, ini memberikan cabang – cabang pembuluh nadi ke alat – alat tambahan yang terdapat di korium.
2)      Susunan syaraf kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang – cabang syaraf spinal dan permukaan yang terdiri dari syaraf – syaraf motorik dan syaraf sensorik.
Ujung syaraf motorik berguna untuk menggerakkan sel – sel otot yang terdapat pada kulit, sedangkan syaraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit.


c.       Pelengkap kulit
1)      Rambut
2)      Kuku
3)      Kelenjar Kulit
d.      Fungsi Utama Kulit
1)      Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misal : tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi (zat – zat kimia) terutama yang bersifat iritan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut – serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air.
2)      Fungsi Absorbsi
Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya kulit, hidrasi, dan kelembaban.



3)      Fungsi Ekskresi
Kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa Nacl, Urea, asam urat dan amonia.
4)      Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung – ujung syaraf sensorik di dermis dan     Subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan – badan Raffini di Dermis dan Subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh      badan – badan Kranse yang terletak di dermis. Badan taktil Meisner terletak di papila dermis, berperan terhadap rabaan. Demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Vater pacani di epidermis. Syaraf – syaraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
5)      Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Cara pelepasan panas dari kulit :
-          Penguapan dengan banyaknya darah mengalir melalui kapiler kulit
-          Pancaran panas dari udara sekitarnya
-          Panas dialirkan ke benda yang disentuh seperti pakaian
-          Pengaliran udara panas
6)      Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi syaraf. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, tetapi juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi – Hb dan Karoten.
7)      Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai tiga jenis sel utama, yaitu keratinosit, sel langerhans dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal, mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum.
Proses ini berlangsung normal selama kira – kira 14 sampai 21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara                 mekanis – fisiologik.
8)      Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi – kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot – otot di bawah kulit.

3.      Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu :
a.       Trauma Mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, dan terjepit
b.      Trauma Elektris, dengan penyebab cedera karena listrik, dan petir
c.       Trauma Termis, disebabkan oleh panas dan dingin
d.      Trauma Kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa, serta zat iritatif dan korosif lainnya.

4.      Tanda – Tanda Luka
Dibagi atas dua yaitu :
a.       Tanda – Tanda Umum
Syok terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer, dengan tanda – tanda sebagai berikut :
1)      Tekanan darah turun hingga tak teratur
2)      Nadi kecil hingga tak teraba
3)      Keringat dingin dan lemah
4)      Kesadaran menurun hingga tak sadar.
b.      Tanda – Tanda Lokal
1)      Rasa nyeri
2)      Perdarahan.

5.      Tipe Luka
Luka tubuh dapat disengaja dan tidak disengaja. Trauma disengaja terjadi selama terapi misalnya : Operasi, vena punksi, radiasi. Luka tidak disengaja dapat terjadi karena kecelakaan jika jaringan yang trauma dapat disertai dengan kekerasan kulit disebut “ luka tertutup “ dan “ luka terbuka “ pada saat kulit atas membran mukosa rusak.


Luka dapat dibedakan berdasarkan tipe dan tingkat kontaminasi (Garna 1986, hal. 73).
a.       Luka Bersih
Yaitu luka yang tidak terinfeksi, tidak terinflamasi dan tidak meliputi luka di saluran pernafasan, pencernaan, genetalia dan urinaria. Luka bersih adalah luka bersih tertutup atau jika tidak dialiri oleh drainage tertutup.
b.      Luka Bersih Terkontaminasi
Luka pembedahan yang berhubungan dengan saluran nafas, cerna, genetalia dan urinaria, seperti luka yang tidak memperlihatkan tanda infeksi.
c.       Luka Terkontaminasi
Meliputi luka terbuka, baru, luka kecelakaan, luka pembedahan yang tidak memperhatikan teknik steril atau terkontaminasi dengan isi saluran cerna. Luka terkontaminasi memperlihatkan tanda – tanda infeksi.
d.      Luka Infeksi / Kotor
Meliputi luka lama / baru yang mengandung jaringan mati dan luka dengan klinik infeksi, seperti cairan purulen.

6.      Penatalaksanaan
faktor yang mempengaruhi penanganan luka :
a.       Lama luka
Golden period (masa emas) merupakan saat kita menganggap suatu luka dapat ditangani dengan sempurna. Jadi luka masih dapat dijahit secara primer. Golden period suatu luka ± 6 jam. Masa ini tidak berlaku untuk luka kotor dan jelas terkontaminasi. Pada daerah dengan vaskularisasi sangat baik, misalnya kepala dan wajah golden periodnya ± 8 jam. Bila luka masih berada dalam golden period, maka dapat diperoleh Clean Surgical Wound (luka bedah yang bersih).
b.      Bentuk Anatomi Luka
Luka – luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka – luka dengan bentuk tak teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan selanjutnya.

7.      Penyembuhan Luka
a.       Penyembuhan Primer
Luka yang bersih sembuh dengan cara ini misal : luka operasi, luka kecil yang bersih. Penyembuhannya tanpa komplikasi. Penyembuhan dengan cara ini berjalan cepat dan hasilnya secara kosmetik baik.
Fase – fase penyembuhan luka :
1)     Fase perlekatan luka terjadi karena adanya fibrinogen dan limfosit dan terjadi dalam waktu 24 jam pertama.
2)     Fase aseptik peradangan terjadi kalor, dolor, rubor, tumor dan functiolaesa, pembuluh darah melebar dan leukosit serum melebar sehingga terjadi oedema. Terjadi setelah 24 jam.
3)     Fase pembersihan (Initial Phase), karena edema, leukosit banyak keluar untuk memfagositosis / membersihkan jaringan yang telah mati.
4)     Fase proliferasi pada hari ketiga. Fibroblas dan kapiler menutup luka bersama jaringan kolagen dan makrofag. Semua ini membentuk jaringan granulasi. Terjadi penutupan luka kemudian terjadi epitelisasi. Pada hari ketujuh penyembuhan luka bagus.
b.      Penyembuhan Sekunder
Penyembuhan pada luka terbuka adalah melalui jaringan granulasi dan sel epitel yang bermigrasi. Luka – luka yang lebar dan terinfeksi, luka yang tidak dijahit, luka bakar, sembuh dengan cara ini. Setelah luka sembuh akan timbul jaringan parut.
c.       Penyembuhan Tersier
Disebut pula “ Dilayed Primary Closure “. Terjadi pada luka yang dibiarkan terbuka karena adanya kontaminasi kemudian setelah tidak ada tanda – tanda infeksi dan granulasi telah baik, baru dilakukan jahitan sekunder yang dilakukan setelah hari keempat.

8.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a.       Faktor Internal
1)      Vaskularisasi
2)      Anemia
3)      Usia
4)      Penyakit
5)      Nutrisi termasuk vitamin A, B, C dan K
6)      Kegemukan
7)      Obat – obatan
8)      Merokok
9)      Stress.
b.      Faktor Eksternal
1)      Menginap saat pre operatif
2)      Persiapan pre operatif
-          Infeksi bakteri diatasi sebelum pembedahan
-          Menginap di RS pada masa pre operatif yang sesingkat mungkin
-          Klien malnutrisi harus mendapat nutrisi enteral / parenteral, jika pembedahan tidak urgent
-          Klien yang akan operasi elective mandi dengan sabun anti mikroba, sore hari sebelum operasi
-          Rambut sekitar daerah operasi dicukur
-          Element Intra Operatif :
   Ventilasi ruangan operasi, kebersihan dan kelestarian instrumen     bedah.

9.      Vitamin Dan Penyembuhan Luka
a.       Vitamin A
Yaitu untuk epitelisasi, penutupan luka, dan sintesa kolagen.
b.      Vitamin B Komplek
1)      Berperan aktif sebagai ko – faktor pada sistem enzim
2)      Mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
c.       Vitamin C
1)      Diperlukan untuk fungsi fibroblast
2)      Mencegah infeksi
3)      Membentuk kapiler – kapiler darah.
d.      Vitamin K
1)      Sintesa protrombin dan zat permukaan darah II, VII, IX, X (Pallack, 1982).
e.       Kulit sebagai indera peraba
Kulit mempunyai banyak ujung – ujung syaraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan ke pusat di otak.
f.       Kemampuan melindungi kulit
1)      Menghindari hilangnya cairan dan jaringan dan menghindari masuknya air ke dalam kelenjar
2)      Menghalangi cedera pada struktur di bawahnya
3)      Mencegah bahaya dehidrasi yang lebih parah kalau epidermis mengalami kerusakan.

10.  Komplikasi Penyembuhan Luka
a.       Hemorrhagic (syok hypovolemik)
b.      Infeksi
c.       Dehiscence (ruptur) dan evisceration (tonjolan organ dalam).

DAFTAR PUSTAKA
Bates,  Barbara.  ( 1998 ).  Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. EGC. Jakarta
 Joyce, M. Blac and Matarsson Jacobs Ester. ( 1993 ). Medical Surgical Nursing. Ed. 4. W.B. Sounders Company.
Mansjoer, Arif  M, dkk. ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran Hal : 428. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
 Tucker, Susun Martin. ( 1998 ). Standar Keperawatan Pasien. EGC. Jakarta.
R. Sjamsu Hidajat,  Wim De Jong. (1997) Buku Ajar Umum Bedah Edisi Revisi.       EGC Jakarta.
 Sumiardi,  Bob Bachsinar (1995). Bedah Minor. Hipokrates Jakarta.